- Teori
Triangle Fraud (Klasik)
Teori
ini dikemukakan oleh Donald Cressey pada tahun 1953 yang menjelaskan mengapa
seseorang melakukan fraud atau
kecurangan. Awalnya Donald Cressey melakukan penelitian dengan mewawancarai
orang-orang yang pernah melakukan kecurangan atau fraudster. Dia melakukan wawancara kepada 200 orang yang didakwa
melakukan fraud di penjara. Dari
penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa orang yang melakukan fraud dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu :
1.
Pressure
(Tekanan)
Orang melakukan fraud karena adanya tekanan. Tekanan
merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud. Tekanan terbagi menjadi tekanan finansial, tekanan akan
kebiasaan buruk, dan tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan. Pada umumnya,
orang yang melakukan kecurangan karena adanya tekanan finansial. Hai tersebut
muncul karena adanya keserakahan, standar hidup yang terlalu tinggi, banyaknya
tagihan dan utang, kebutuhan hidup yang tak terduga. Tekanan yang kedua adalah
tekanan akan kebiasaan buruk yaitu dorongan untuk melakukan kebiasaan buruk,
seperti melakukan judi, alkohol, obat-obatan terlarang. Dan tekanan yang
terakhir yaitu tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan. Hal ini bisa terjadi
karena ketidakadilan dalam perusahaan, kurangnya perhatian dalam oleh manajer.
2.
Oppurtunity
(Kesempatan)
Fraud
terjadi
karena seseorang memiliki kesempatan untuk melakukannya. Hal ini terjadi karena
pengendalian internal pada perusahaan yang lemah, kurangnya pengawasan, atau penyalahgunaan
wewenang.
3.
Rasionalization
(Rasionalisasi)
Rasionalisasi yang dimaksud adalah
seseorang mencari pembenaran atas tindakannya yang berhubungan dengan
kecurangan atau fraud. Pada umumnya,
seseorang yang melakukan kecurangan, merasa tindakannya bukan termasuk
kecurangan, tetapi hal itu merupakan haknya atau biasanya orang tersebut
melakukan fraud karena mengikuti orang-orang sekitar yang melakukan hal itu.
2. Fraud Scale
Teori fraud scale merupakan perkembangan teori
dari teori sebelumnya yaitu teori fraud
triangle. Dalam teori ini dapat mengetahui kemungkinan terjadinya tindakan
fraud atau kecurangan dengan cara mengamati tekanan, kesempatan dan integritas
pelaku yang akan melakukan fraud.
Apabila seseorang memiliki tekanan yang tinggi, kesempatan besar dan integritas
pribadi yang rendah, maka dapat memungkinkan terjadinya fraud yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Tekanan disini terjadi
karena masalah keungan dan atau bisa karena masalah di lingkungannya. Adanya
kesempatan untuk melakukan tindak kecurangan disebabkan karena lemahnya
pengendalian maupun pengawasan organisasi. Sedangkan, integritas pribadi yang
rendah disebabkan oleh kebiasaan individu yang buruk. Fraud Scale mempunyai tujuan untuk mengukur terjadnya pelanggaran
etika, kepercayaan dan tanggung jawab. Kecurangan atau fraud ini biasanya mengarah pada penipuan laporan keuangan.
3. Teori GONE
Teori Gone merupakan teori yang dikemukakan oleh Bologna pada tahun 1999. Dalam teori ini terdapat empat faktor yang
mendorong terjadinya fraud, yaitu :
1. Greed (keserakahan), berkaitan dengan
keserakahan potensial.
2. Opportunity (Kesempatan), berkaitan
dengan keadaan dalam organisasi yang terbuka sehingga dapat membuka kesempatan untuk melakukan kecurangan.
3.
Need (Kebutuhan), adalah suatu tuntutan
kebutuhan individu yang harus terpenuhi.
4. Exposure (Pengungkapan), adalah berkaitan
dengan kemungkinan
diungkapkannya serta sanksi hukum yang menjerat.
Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa menurut teori Gone kecurangan dapat terjadi dikarenakan
adanya keserakahan didalam kekuasaan, adanya peluang untuk melakukan
kecurangan, serta karena dihimpit oleh tuntutan hidup, baik berupa tuntutan
primer seperti keluarga individu, maupun karena gengsi. Di Indonesia sendiri
hukum yang mengatur mengenai kecurangan telah diatur, namun di dalam
pelaksanaannya masih banyak berbenturan dengan etika yang sepantasnya tidak
dapat dilanggar.
4. Teori Diamond
Teori diamond ini
merupakan pengembangan dari triangle fraud. Teori
Fraud Diamond adalah teori yang menunjukkan hubungan antara empat elemen yaitu incentive
(dorongan), oppurtunity (kesempatan),
rasionalization (pembenaran), dan capability (kapabilitas). Gambar Diamond Fraud:
Sumber : Henderson (2014 : 57)
Didalam gambar diamond fraud diatas, dapat diketahui bahwa kecurangan atau fraud terjadi
karena 4 elemen yaitu:
1.
Incentive
Incentive merupakan suatu dorongan
yang timbul karena adanya tuntutan atau tekanan yang dihadapi oleh seseorang. Incentive dapat memicu terjadinya kecurangan seperti keserakahan yang mengakibatkan tekanan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2.
Opportunity
Opportunity adalah suatu kesempatan yang timbul karena terdapat kelemahan
pengendalian internal organisasi atau
perusahaan dalam pencegahan dan pendeteksian
kecurangan. Oppurtunity dapat
terjadi karena adanya kekuasaan terhadap organisasi dan juga karena seorang fraudster atau orang-orang yang melakukan kecurangan mengetahui kelemahan dari system-sistem yang ada.
3.
Rationalization
Rationalization adalah kondisi
dimana fraudster atau pelaku kecurangan mencari suatu pembenaran terhadap tindakan yang dilakukannya untuk memperoleh
kekayaan dengan cara yang cepat.
4.
Capability
Capability
merupakan suatu kemampuan
dan
keterampilan tentang pemahaman yang mendetail sehingga seorang fraudster
atau pelaku
kecurangan dapat mengetahui kelemahan dan dapat
memanfaatkannya untuk melakukan fraud atau kecurangan. Capability dapat mengakibatkan ancaman karena pelaku didalam
organisasi merupakan orang yang memiliki kekuasaan atau didalam posisi lini manjamen, serta memiliki kecerdasan serta pemahaman tentang sistem didalam organisasi
tersebut. Pelaku tersebut disebut sebagai suatu tindakan kejahatan kerah putih atau white collar
crime karena kecurangan jenis ini mempunyai
ancaman yang sangat besar dan sangat signifikan terhadap organisasi yang bersangkutan.
Adapun menurut Wolfe dan Hermanson (2004) menjelaskan
sifat-sifat yang berkaitan dengan elemen capability yang sangat penting dalam pribadi pelaku
kecurangan, yaitu: 1) Positioning, 2) Intelligence and creativity, 3) Convidence / Ego, 4) Individu harus
memiliki ego yang kuat dan keyakinan yang besar dia tidak akan terdeteksi, 5) Coercion /memaksa, 6) Deceit dan 7) Stress.
Dengan begitu, faktor – faktor pendorong terjadi kecurangan menurut fraud
diamond dipengaruhi oleh 4 elemen, yakni adanya faktor incentive
yang tidak sesuai, adanya kesempatan untuk melakukan kecurangan, adanya pembenaran atas tindakan kecurangan yang
disebabkan oleh keserakahan dan tuntutan kebutuhan, serta adanya capability atau suatu pemahaman detail mengenai sistem organisasi sehingga memudahkan pelaku
kecurangan untuk melakukan kecurangan didalam organisasi tersebut. Pelaku
kecurangan ini memiliki pemahaman tentang
sistem organisasi, mengetahui kelemahan pengendalian
internal, mereka juga menggunakan posisi, fungsi, atau akses berwenangnya untuk meraup keuntungan yang besar dengan jalan fraud.
5.
Teori
Pentagon
Penelitian
terbaru dilakukan oleh Crowe pada tahun 2011. Teori ini merupakan perluasan
dari teori Triangle dan dua faktor yang lainnya. Menurut Crowe, fraud timbul karena ada lima faktor,
yaitu Pressure (tekanan), Opportunity
(kesempatan), Rationalization (rasionalisasi), Competence (kompetensi),
dan Arrogance (arogansi). Untuk faktor pressure, oppurtunity dan rasionalization
sama dengan teori triangle yaitu
masing masing karena seseorang mempunyai tekanan sehingga terdapat dorongan
untuk melakukan fraud, seseorang
mempunyai kesempatan untuk melakukan fraud
karena lemahnya pengawasan, dan seseorang mencari pembenaran atas tindakan fraud tersebut. Selanjutnya dua faktor yang lain yaitu Competence
(kompetensi), dan Arrogance (arogansi). Competence (kompetensi)
serupa dengan kemampuan atau kapabilitas (capability)
yang dijelaskan dalam teori diamond. Competence (kompetensi)
merupakan kemampuan karyawan untuk mengabaikan pengawasan internal,
mengembangkan strategi penyembunyian, dan mengontrol situsi sosial untuk
keuntungan pribadinya (Crowe, 2011). Sedangkan untuk faktor arrogance (arogansi)
yaitu sikap superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa bahwa pengawasan
internal atau kebijakan perusahaan tidak berlaku untuk dirinya.
Kelima faktor tersebut lebih
dikenal dengan Crowe’s fraud pentagon theory. Teori ini dipandang lebih lengkap untuk mengetahui faktor penyebab fraud
dibanding teori-teori yang lainnya.
FRAUD TREE
Association of Certified
Fraud Examiners (ACFE) menggambarkan occupational fraud dalam bentuk fraud tree. Fraud tree merupakan gambaran
sistematis yang menunjukan bagian-bagian dari fraud.
Berdasarkan
fraud tree diatas, fraud terdiri dari tiga cabang pokok yaitu Corruption (Korupsi), Asset Misappropriation (Penyimpangan
atas aset), dan Fraudulent Statements
(manipulasi laporan). Kemudian ketiga cabang utama tersebut diklasifikasikan
lagi menjadi ranting-ranting dan anak ranting dengan lebih rinci. Sehingga
fraud tree dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Corruption
Korupsi
merupakan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
kedudukan di perusahaan atau organisasinya. Menurut ACFE, corupption memiliki empat jenis utama yaitu:
·
Conflict
of interest (benturan kepentingan)
Konflik kepentingan
muncul ketika pegawai bertindak atas nama pihak ketiga atau atas namanya
sendiri. Benturan kepentingan dapat melalui skema pembelian, penjualan, atau
lainnya.
·
Bribery
(penyuapan)
Penyuapan merupakan
kegiatan yang melibatkan pemberian, permohonan, penawaran, dan penerimaan
sesuatu yang berharga yang mempengaruhi seseorang agar tidak bekerja sesuai hukum (menyeleweng). Jenis kegiatan
ini adalah invoice kickback
(penerimaan dari hasil penjualan), misalkan bagian pembelian suatu perusahaan
mendapatkan presentase dari supplier setiap selesai melakukan transaksi. Ada
pula bid rigging (pengaturan dalam
pengadaan barang dan jasa).
·
Illegal
Gratuities (pemberian ilegal)
Pemberian ini semacam
gratifikasi, bisa dikatakan ini merupakan bentuk terselubung dari penyuapan.
Misal seperti pemberian hadiah penikahan atau ulang tahun kepada pejabat dengan
maksud tertentu.
·
Economic
Extortion (Pemerasan Ekonomi)
Merupakan pemerasan
untuk mendapatkan manfaat ekonomi. Misal ketika mengurus seseuatu di suatu instansi
dan kemudian dipersulit maka kemungkinan ini merupakan tanda jika kita harus
memberikan manfaat ekonomi agar dapat berjalan lancar.
2.
Asset Misappropriation (Penyimpangan atas aset)
Penyimpangan atas aset
sangat sering terjadi dalam dunia bisnis. Aset dapat disalahgunakan baik secara
langsung maupun tidak langsung dan sering pula adanya penggelapan aset baik
tunai (cash) maupun non tunai (non-cash).
a)
Cash
·
Skimming
Kas dicuri sebelum kas
tersebut secara fisik masuk ke perusahaan.
Skimming terdiri dari tiga cabang yaitu sales,
receivable, dan refunds. Sales
(penjualan), skimming dilakukan
dengan cara mencatat hasil penjualan dengan nilai yang lebih rendah dari
sesungguhnya. Receivable (piutang),
misal dengan cara mencatat penghapusan beberapa piutang yang pada kenyataannya
piutang tersebut tetap dibayar. Refunds adalah pengembalian dana, sama
seperti pada penjualan dan piutang, pengembalian dana dari pihak ketiga tidak
dikembalikan pada perusahaan.
·
Cash
Larceny
Berbeda dengan skimming, Larceny adalah pencurian uang ketika uang sudah masuk dalam
perusahaan. Cara ini biasa dilakuakan melalui cash on hand dan deposit.
Cash on hand ditandai dengan tidak
adanya penjelasan terhadap selisih kas yang terjadi. Sedangkan deposit ditandai dengan slip deposit
yang diubah atau disalahgunakan.
·
Fraudulent
Disbursement
Dalam fraudulent disbursement terdapat
‘perantara’ yang menjadi media dalam melakukan fraud. Dalam hal ini terdapat 5
cabang:
o
Billing
Schemes merupakan skema fraud dengan proses tagihan (faktur)
sebagai sarana. Misal dengan membuat faktur palsu
o
Payroll
schemes merupakan skema farud dengan pemabayaran gaji
sebagai sarana. Hal ini dapat dilakukan dengan mendaftarkan data pegawai palsu
atau jumlah gaji yang dicatat lebih besar dari yang dibayarkan.
o
Expense
Reimbursement Schemes merupakan skema fraud dengan meminta
kembali pembayaran biaya yang sudah dikeluarkan. Misalkan seorang pegawi yang
melakukan perjalanan dinas namun malah bersenang-senang tanpa melakukan tugas,
meminta ganti atas biaya perjalanan dinasnya meski menurut kebijakan perusahaan
tidak diganti, namun tetap memasukkannya ke formulir penggantia biaya dengan
kuitansi palsu.
o
Check
tampering merupakan pemalsuan cek, baik itu tanda tangan, nama
penerima, dan yang lainnya.
o
Register
Disbursement merupakan pembatalan penerimaan atau
pengeluaran yang sudah masuk dalam cash register, biasanya dilakukan dengan
memanipulasi seolah-olah seorang pelanggan mengembaikan barang dan mendapat
refund.
b)
Inventory
and All Other Asset
·
Missue
merupakan penyalahgunaan aset. Salah satunya digunakan untuk kepentingan
pribadi. Misal fasilitas mobil dinas yang seharusnya hanya digunakan untuk
kepentingan perusahaan namun digunakan untuk mengantarkan anak sekolah,
jalan-jalan keluarga, da sebagainya.
·
Larceny
merupakan pencurian asset perusahaan. Misal seorang manajer memanipulasi
seolah-olah mobil dinasnya dicuri dan melaporkan ke perusahaan, sehingga mobil
tersebut akan menjadi milik pribadi.
3.
Fraudulent
Statements
Manipulasi laporan biasanya
ditemukan oleh auditor. Fraudulent
statements terbagi menjadi dua cabang yaitu financial dan non-financial.
Manipulasi laporan keuangan (financial) biasa tejadi pada laporan keuangan yang
baik overstatements (penyajian lebih
tinggi) atauunderstatements
(penyajian lebih rendah) terhadap aset atau penghasilan. Sedangakan, manipulasi
laporan keuangan non-financial misalnya
sebuah perusahaan emas menaikkan nilai cadangannya lebih tinggi dari kenyataan
untuk menaikkan harga saham.
KERANGKA
PENGENDALIAN INTERNAL SAS (STATEMENT ON AUDITING STANDARDS) NO. 78/COSO
1.
Lingkungan
pengendalian
Lingkungan
pengendalian adalah dasar untuk 4 komponen pengendalian lainnya. Lingkungan pengendalian
membangun warna orgnisasi dan memengaruhi kesadaran pengendalian dari manajemen
dan pegawai. Elemen penting dari lingkungan pengendalian yaitu:
a.
Integritas dan nilai etika dari manajemen.
b.
Struktur organisasi
c.
Peserta dari pengurus organisasi yang
terdiri dari direktur, komite audit (jika ada)
d.
Filosofi manajemen dan gaya operasi
e.
Prosedur untuk mendelegasikan tanggungjawab
dan hak
f.
Metode manajemen untuk menilai kinerja
g.
Pengaruh eksternal, seperti pemeriksaan dari
agensi pengaturan
h.
Kebijakan organisasi dan praktek untuk mengatur
sumber daya manusia yang dimiliki
2.
Penilaian
risiko
Organisasi
harus melakukan sebuah penilaian risiko untuk megidentifikasi, menganalisis,
dan mengatur risiko yang relevan terhadap pelaporan keuangan. Risiko dapat timbul
atau berubah dari keadaan, seperti:
a. Berubah
dalam lingkungan operasi yang baru atau mengubah tekanan kompetitif dalam perusahaan.
b. Anggota
baru yang memiliki perbedaan atau kurang memahami pengendalian internal.
c. Baru
atau rekayasa ulang sistem informasi yang memengaruhi proses transaksi.
d. Pertumbuhan
signifikan dan cepat yang menyaring keberadaan pengendalian internal.
e. Implementasi
teknologi baru dalam proses produksi atau sistem informasi yang memengaruhi
proses transaksi.
f. Pengenalan
dari lini produk baru atau dengan aktivitas yang mana organisasi mempunyai percobaan
kecil.
g. Restruktur
organisasi menghasilkan pengurangan dan atau realokasi seperti anggota yang
memengaruhi operasi bisnis dan proses transaksi.
h. Memasuki
pasar asing yang dapat memengaruhi operasi (risiko yang berhubungan dengan transaksi
masa uang asing)
i.
Adaptasi prinsip akuntansi baru yang
memengaruhi pembuatan laporan keuangan.
3.
Informasi
dan komunikasi
Sistem
informasi akuntansi terdiri dari pencatatan dan metode yang digunakan untuk memulai,
mengidentifikasi, menganalisa, mengklasifikasikan dan mencatat transaksi organisasi
dan untuk menghitung aset dan liabilitas terkait. Kualitas sistem informasi dan
akuntansi memengaruhi kemampuan manajemen dalam mengambil langkah dan keputusan
dalam hubungan dengan operasi organisasi dan untuk mempersiapkan laporan keuangan
yang dapat diandalkan. Sebuah sistem informasi akuntansi yang efektif akan:
a. Mengidentifikasi
dan mencatat semua transaksi keuangan yang sah.
b. Menyediakan
informasi secara berkala tentang transaksi yang cukup detail untuk membuat klasifikasi
yang sebagai mana mestinya dan laporan keuangan.
c. Mengukur
secara akurat nilai uang dari transaksi sehingga pengaruh dari transaksi dapat tercatat
di laporan keuangan.
d. Mencatat
secara akurat transaksi dalam periode waktu dimana transaksi terjadi.
SAS78/COSO mensyaratkan
bahwa auditor memperoleh pengetahuan yang cukup tentang sistem informasi organisasi
untuk memahami:
a.
Klasifikasi transaksi yang material
terhadap laporan keuangan dan bagaimana transaksi tersebut dari awal.
b.
Pencatatan akuntansi dan akun yang
digunakan dalam memproses transaksi material.
c.
Langkah pemrosesan transaksi terkait dari
awal sebuah transaksi sampai pencatatannya di laporan keuangan.
d.
Proses Pelaporan keuangan digunakan untuk
mempersiapkan laporan keuangan, pengungkapan, dan perkiraan akuntansi.
4.
Aktivitas pengendalian (control
activities)
Aktivitas
pengendalian dilakukan untuk memastikan dilaksanakannya arahan manajemen dalam
rangka meminimalkan risiko atas pencapaian tujuan yang dilaksanakan pada semua
tingkatan entitas, pada berbagai tahap proses bisnis, dan dalam konteks
teknologi yang digunakan. Yang termasuk control activities
atau aktivitas pengendalian yaitu :
– Policies and procedures (kebijakan
dan prosedur)
– Security application and network
(keamanan dalam hal aplikasi dan jaringan)
– Application change management (manajemen
perubahan aplikasi)
– Business continuity or backups (kelangsungan
bisnis)
– Outsourcing (memakai
tenaga outsourcing)
Aktivitas pengendalian dapat dikategorikan menjadi dua tipe,
yaitu
1.
Pengendalian
umum, yaitu untuk pengendalian yang bersifat umum
2.
Pengendalian
aplikasi, yaitu pengendalian yang termasuk dalam kategori menggunakan aplikasi
5.
Pemantauan(monitoring)
Pemantauan mencakup pengawasan yang berkelanjutan, pengawasan terpisah, atau
keduanya untuk memastikan setiap komponen dalam pengendalian internal ada dan
berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan adanya pemantauan atau monitoring maka perusahaan dapat mengkaji apakah kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh organisasi tesebut telah sesuai dengan rencana, mengidentifikasi
masalah dan mengatasinya, melakukan
penilaian terhadap pola kerja dan manajemen dalam mencapai tujuan program,
dapat mengetahui hubungan antara kegiatan atau program yang dilakukan oleh
organisasi tesebut dengan tujuan untuk memperoleh ukuran kemajuan, dan dapat menyesuaikan
kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa menyimpang dari tujuan. Monitoring terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
1) Aspek
masukan (input)
program antara lain mencakup : tenaga manusia, dana, bahan, peralatan, jam
kerja, data, kebijakan, manajemen dan yang lainnya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan program.
2) Aspek
proses / aktivitas yaitu aspek dari program yang mencerminkan suatu
proses kegiatan, seperti penelitian, pelatihan, proses produksi, pemberian
bantuan dan sebagainya.
3) Aspek keluaran
(output), yaitu
aspek program yang mencakup hasil dari proses yang terutama berkaitan dengan
kuantitas (jumlah)
Daftar Pustaka :
Hall,
James A. Accounting Information Systems
seventh edition.
Arles,
Leardo. 2014. Predator vs. Accidental Fraudster Diamond theory Refleksi Teori
Fraud Triangle (Klasik). https://www.academia.edu, 20 November 2016.